Senin, 05 September 2016

Kualitatif pendekatan fenomenologi



BAB III
METODEOLOGI PENELITIAN
A.      Jenis dan Desain Penelitian
           Desain penelitian yang digunakan adalah studi kualitatif. Dengan pendekatan fenomonologis yaitu mengembangkan konsep-konsep pemahaman lebih mendalam atas fenomena social dan perilaku dalam seting alamiah. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka.

dapat di buka dengan klik di bawah ini: 

RPS ASKEB I



RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Program Studi             : DIII Kebidanan       
Mata Kuliah                : ASKEB I Kehamilan
Kode Mata Kuliah      : Bd. 306
Semester                      : II (dua)
SKS                             : 4 (Empat)
Dosen  Pengampu       : Irma Aryanti, S.Tr. Keb

Deskripsi MK :
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil normal dengan bantuan, didasari konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based dalam praktik antenatal yang menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dengan pokok-pokok bahasan konsep terjadinya kehamilan, adaptasi fisiologi dan psikologi ibu hamil, faktor yang mempengaruhi ibu hamil, faktor yang mempengaruhi ibu hamil, kebutuhan ibu hamil, asuhan ibu hamil pada kunjungan awal dan ulang, deteksi terhadap komplikasi ibu dan janin serta pendokumentasiannya.
RPS ASKEB I
Askeb I Kehamilan
PPT Kehamilan

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER



RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Program Studi             : DIII Kebidanan       
Mata Kuliah                : ASKEB I Kehamilan
Kode Mata Kuliah      : Bd. 306
Semester                      : II (dua)
SKS                             : 4 (Empat)
Dosen  Pengampu       : Irma Aryanti, S.Tr. Keb

Deskripsi MK :
Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil normal dengan bantuan, didasari konsep-konsep, sikap dan ketrampilan serta hasil evidence based dalam praktik antenatal yang menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dengan pokok-pokok bahasan konsep terjadinya kehamilan, adaptasi fisiologi dan psikologi ibu hamil, faktor yang mempengaruhi ibu hamil, faktor yang mempengaruhi ibu hamil, kebutuhan ibu hamil, asuhan ibu hamil pada kunjungan awal dan ulang, deteksi terhadap komplikasi ibu dan janin serta pendokumentasiannya.

Rabu, 06 April 2016

Evidance Base Persalinan



A.    Pengertian
Menurut Syarifudin (2012) posisi dalam persalinan adalah posis yang digunakan untuk persalinan yang dapat mengurangi rasa sakit pada saat bersalin dan dapat mempercepat proses persalinan.
Persalinan dan kelahiran adalah suatu peristiwa yang normal tanpa disadari dan mau tidak mau harus berlangsung. Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaliknya peran bidan adalah untuk mendukung ibu dalam proses persalinan.
Evidence Based Midwifery atau yang lebih dikenal dengan EBM adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam penanganan pasien perseorangan.
Evidenced Based Midwifery (EBM) ini sangat penting peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah tindakan – tindakan yang tidak diperlukan atau tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Bidan memberikan dukungan fisik dan emosional dalam persalinan atau membantu keluarga untuk memberikan dukungan persalinan, bidan tersebut harus melakukannya dengan cara yang bersifat saying ibu meliputi:
1.      Aman sesuai evidence based, dan memberi sumbangan pada keselamatan jiwa ibu.
2.      Memungkinkan ibu merasa aman dan nyaman secara emosional serta merasa didukung dan didengarkan.
3.      Menghormati kebudayaan,keyakinan,agama dan ibu keluarganya sebagai pengambil keputusan.
4.      Menggunakan cara pengobatan yang sederhana sebelum memakai teknologi canggih
5.      Memastikan bahwa informasi yang diberikan adekuat serta dapat dipahami oleh ibu.

B.     Tujuan dan Keuntungan
a.       Tujuan
1.      Memberikan kenyamanan dalam proses persalinan
2.      Mempermudah atau meperlancar proses persalinan dan kelahiran bayi
3.      Mempercepat kemajuan persalinan
b.      Keuntungan
1.      Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan
2.      Lama kala II lebih pendek
3.      Laserasi perineum lebih sedikit
4.      Menghindari persalinan yang harus ditolong dengan tindakan
5.      Nilai APGAR lebih baik
Adapun yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain:
1.      Posisi setengah duduk atau duduk
Keuntungan: posisi setengah duduk posisi ini membuat ibu merasa nyaman karena membantu ibu untuk beristirahat diantara kontraksi, alur jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa keluar lebih pendek, suplai oksigen dari ibu kejanin berlangsung optimal.
Kekurangan: posisi ini bisa menyebabkan keluhan pegal dipunggung dan kelelahan.
2.      Lateral(Miring)
Keuntungan: peredaran ibu berlangsung lancarpengiriman oksigen dalam darah ibu kejanin melalui plasenta tidak terganggu, karena tidak terlalu menekan proses pembukaan berlangsung berlahan-lahan sehingga persalinan relative lebih nyaman dan dapat mencegah terjadinya laserasi.
Kekurangan: posisi ini membuat dokter atau bidan sedikit kesulitan membantu proses persalinan, kepala bayi lebih sulit dipegang atau diarahkan, bila harus melakukan episiotomy pun posisinya lebih sulit.
3.      Berdiri atau jongkok
Keuntungan: posisi ini menguntungkan karena pengaruh gravitasi tubuh, ibu tidak harus susah-susah mengejan, bayi akan keluar lewat jalan lahir dengan sendirinya.
Kekurangan: bila tidak disiapkan dengan baik, posisi ini sangat berpeluang membuat kepala bayi cidera sebab bayi bisa meluncur dengan cepat.
4.      Merangkak
Keuntungan: ibu merasa lebih n yaman dan efektif untuk meneran,mempermudah janin dalam melakukan rotasi, membantu ibu mengurangi nyeri punggung, dan peregangan pada perineum berkurang.
5.      Menungging
Keuntungan: mendorong kepala bayi keluar dari panggul selama kontraksi, kadang-kadang dianjurkan pada persalinan dini jika kontraksi sering terjadi dan untuk mengurangi nyeri pinggang, serta mengurangi tekanan pada leher rahim yang bengkak.
6.      Berjalan-jalan
Posisi ini hanya dapat dilakukan bila ketuban belum pecah dan bila ibunya masih mampu melakukannya.
Keuntungan: menyebabkan terjadikan perubahan sendi panggul, dapat mempercepat turunnya kepala janin.
C.    Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup  kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Proses persalinan ini terdiri dari 4 kala yaitu :
1.      Kala I
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap yaitu 10 cm. Dimana kala I ini dibagi menjadi dua yaitu :
a.       Fase laten
Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7-8 jam.
b. Fase aktif  Berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase :
a) Periode akselerasi Berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal Selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 jam.
c) Periode deselarasi Berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
2. Kala II
Kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir. Persalinan kala II dimulai saat pembukaan serviks lengkap (10cm) dan berakhir dengan keluarnya janin.
Tanda dan gejala kala II :
a) Ibu ingin mengeran (dorongan mengeran/doran)
b) Perineum menonjol (perjol)
c) Vulva membuka (vulka)
d) Tekanan anus (teknus)
e) Meningkatnya pengeluaran lendir dan darah
f) Kepala telah turun di dasar panggul
Pada proses persalinan kala II ini ternyata ada beberapa hal yang kita lakukan ternyata setelah di lakukan penelitian ternyata tidak bermanfaat atau bahkan dapat merugikan pasien.
Adapun hal – hal yang tidak bermanfaat pada kala II persalinan berdasarkan EBM adalah :
No.
Tindakan yang dilakukan
Sebelum EBM
Setelah EBM
1.
Asuhan sayang ibu
Ibu bersalin dilarang untuk makan dan minum bahkan untuk mebersihkan dirinya
Ibu bebas melakukan aktifitas apapun yang mereka sukai
2.
Pengaturan posisi saat bersalin
Ibu hanya boleh bersalin dengan posisi telentang
Ibu bebas untuk memilih posisi yang mereka inginkan
3.
Menahan nafas saat mengeran
Ibu harus menahan nafas pada saat mengeran
Ibu boleh bernafas seperti biasa pada saat mengeran
4.
Tindakan epsiotomi
Bidan rutin melakukan episiotomy pada persalinan untuk mempercepat proses persalinan.
Hanya dilakukan pada saat tertentu saja dan atas suatu indikasi tertentu

Semua tindakan tersebut diatas telah dilakukan penelitian sehingga dapat di kategorikan aman jika dilakukan pada saat ibu bersalin. Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada :
1. Asuhan sayang ibu pada persalinan kala II
Asuhan sayang ibu adalah asuhan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Sehingga sangat penting sekali diperhatikan pada saat seorang ibu akan  bersalin. Adapun asuhan sayang ibu berdasarkan EBM yang dapat meningkatkan tingkat kenyamanan seorang ibu bersalin antara lain :
Ibu tetap di perbolehkan makan dan minum karenan berdasarkan EBM diperoleh kesimpulan bahwa :
a.       Pada saat bersalin ibu mebutuhkan energi yang besar, oleh karena itu jika ibu tidak  makan   dan minum untuk beberapa waktu atau ibu yang mengalami kekurangan gizi dalam proses persalinan akan cepat mengalami kelelahan fisiologis, dehidrasi dan ketosis yang dapat menyebabkan gawat janin.
b.      Ibu bersalin kecil kemungkinan menjalani anastesi umum, jadi tidak ada alasan untuk melarang makan dan minum.
c.         Efek mengurangi/mencegah  makan dan minum mengakibatkan pembentukkan glukosa intravena yang telah dibuktikan dapat berakibat negative terhadap janin dan bayi baru lahir oleh karena itu ibu bersalin tetap boleh makan dan minum. Ha ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Larence 1982, Tamow-mordi Starw dkk 1981, Ruter Spence dkk 1980, Lucas 1980.
d.      Ibu diperbolehkan untuk memilih siapa pendamping persalinannya
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Dimana dengan asuhan sayang ibu ini kita dapat membantu ibu merasakan kenyamanan dan keamanan dalam menghadapi proses persalinan. Salah satu hal yang dapat membentu proses kelancaran persalinan adalah hadirnya seorang pendamping saat proses persalinan ini berlangsung. Karena berdasarkan penelitian keuntungan hadirnya seorang pendemping pada proses persalinan adalah :
e.       Pendamping persalinan dapat meberikan dukungan baik secara emosional maupun pisik kepada ibu selama proses persalinan.
f.       Kehadiran suami juga merupakan dukungan moral karena pada saat ini ibu sedang mengalami stress yang sangat berat tapi dengan kehadiran suami ibu dapat merasa sedikit rileks karena merasa ia tidak perlu menghadapi ini semua seorang diri.
g.      Pendamping persalinan juga dapat ikut terlibat langsung dalam memberikan asuhan misalnya ikut membantu ibu dalam mengubah posisi sesuai dengan tingkat kenyamanannya masing – masing, membantu memberikan makan dan minum.
h.      Pendamping persalinan juga dapat menjadi sumber pemberi semangat dan dorongan kepada ibu selama proses persalinan sampai dengan kelahiran bayi.
i.        Dengan adanya pendamping persalinan ibu merasa lebih aman dan nyaman karena merasa lebih diperhatikan oleh orang yang mereka sayangi.
j.        Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan mengalami waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang lebih sedikit, sehingga hasil persalinan akan lebih baik.
2.      Pengaturan posisi persalinan pada persalinan kala II
Pada saat proses persalinan akan berlangsung, ibu biasanya di anjurkan untuk mulai mengatur posisi telentang / litotomi. Tetapi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata posisi telentang ini tidak boleh dilakukan lagi secara rutin pada proses persalinan, hal ini dikarenankan :
a.        Bahwa posisi telentang pada proses persalinan dapat mengakibatkan  berkurangnya aliran darah ibu ke janin.
b.        Posisi telentang dapat berbahaya bagi ibu dan janin , selain itu posisi telentang juga mengalami konntraksi lebih nyeri, lebih lama, trauma perineum yang lebih besar.
c.         Posisi telentang/litotomi  juga dapat menyebabkan kesulitan penurunan bagian bawah janin.
d.       Posisi telentang bisa menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya akan menekan aorta, vena kafa inferior serta pembluh-pembuluh lain dalam vena tersebut. Hipotensi ini bisa menyebabkan ibu pingsan dan seterusnya bisa mengarah ke anoreksia janin.
e.        Posisi litotomi bisa menyebabkan kerusakan pada syaraf di kaki dan di punggung dan aka nada rasa sakit yang lebih banyak di daerah punggung pada masa post partum (nifas).
Adapun posisi yang dianjurkan pada proses persalinan antara lain posisi setengah duduk, berbaring miring, berlutut dan merangkak. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bhardwaj, Kakade alai 1995, Nikodeinn 1995, dan Gardosi 1989. Karena posisi ini mempunyai kelebihan sebagai barikut :
a. Posisi tegak dilaporkan mengalami lebih sedikit rasa tak nyaman dan nyeri.
b. Posisi tegak dapat membantu proses persalinan kala II yang lebih seingkat.
c. Posisi tegak membuat ibu lebih mudah mengeran, peluang lahir spontan lebih besar, dan robekan perineal dan vagina lebih sedikit.
d. Pada posisi jongkok berdasarkan bukti radiologis dapat menyebabkan terjadinya peregangan bagian bawah simfisis pubis akibat berat badan sehingga mengakibatkan 28% terjadinya perluasan pintu panggul.
e. Posisi tegak dalam persalinan memiliki hasil persalinan yang lebih baik dan bayi baru lahir memiliki nilai apgar yang lebih baik.
f. Posisi berlutut dapat mengurangi rasa sakit, dan membantu bayi dalam mengadakan posisi rotasi yang diharapkan (ubun-ubun kecil depan) dan juga mengurangi keluhan haemoroid.
g. Posisi jongkok atau berdiri memudahkan dalam pengosongan kandung kemih. Karena kandung kemih yang penuh akan memperlambat proses penurunan bagian bawah janin.
h. Posisi berjalan, berdiri dan bersandar efektif dalam membantu stimulasi kontraksi uterus serta dapat memanfatkan gaya gravitasi.
Oleh karena itu sebaiknya sebelum bidan hendak menolong persalinan sebaiknya melakukan hal – hal sebagai berikut :
a. Menjelaskan kepada ibu bersalin dan pendamping tentang kekurangan dan kelebihan berbagai posisi pada saat persalinan.
b. Memberikan kesempatan pada ibu memilih sendiri posisi yang dirasakan nyaman.
c. Mebicarakan tentang posisi-posisi pada ibu semasa kunjungan kehamilan.
d. Memperagakan tekhnik dan metode berbagai posisi kepada ibu sebelum memasuki kala II.
e. Mendukung ibu tentang posisi yang dipilihnya.
f. Mengajak semua petugas untuk meninggalkan posisi litotomi.
g. Menyediakan meja bersalin/tempat tidur yang memberi kebebasan menggunakan berbagai posisi dan mudah dibersihkan.
3. Menahan nafas pada saat mengeran
Pada saat proses persalinan sedang berlangsung bidan sering sekali menganjurkan pasien untuk menahan nafas pada saat akan mengeran dengan alasan agar tenaga ibu untuk mengeluarkan bayi lebih besar sehingga proses pengeluaran bayi pun enjadi lebih cepat. Padahal berdasarkan penelitian tindakan untuk menahan nafas pada saat mengeran ini tidak dianjurkan  karena :
a. Menafas nafas pada saat mengeran tidak menyebabkan kala II menjadi singkat.
b. Ibu yang mengeran dengan menahan nafas cenderung mengeran hanya sebentar.
c. Selain itu membiarkan ibu bersalin bernafas dan mengeran pada saat ibu merasakan dorongan akan lebih baik dan lebih singkat.
4. Tindakan episiotomy
Tindakan episiotomi pada proses persalinan sangat rutin dilakukan terutama pada primigravida.  Padahal berdasarkan penelitian tindakan rutin ini tidak boleh dilakukan secara rutin pada proses persalinan karena :
a. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomy yang dilakukan terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum menekan perineum akan mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini merupakan “perdarahan yang tidak perlu”.
b. Episiotomi dapat enjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena luka episiotomi dapat enjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika status gizi dan kesehatan ibu kurang baik.
c. Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada ibu.
d. Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas menjadi derajat tiga dan empat.
e. Luka episiotomi  membutuhkan waktu sembuh yang lebih lama.
Karena hal – hal di atas maka tindakan episiotomy  tidak diperbolehkan lagi. Tapi ada juga indikasi yang memperbolehkan tindakan epsiotomi pada saat persalinan. Antara lain indikasinya adalah :
a.       Bayi berukuran besar
Jika berat janin diperkirakan mencapai 4Kg, maka hal ini dapat menjadi indikasi dilakukannya episiotomy. Tapi asalkan pinggul ibu luas karena jika tidak maka sebaiknya ibu dianjurkan untuk melakukan SC saja untuk enghindari factor resiko yang lainnya.
b.      Perineum sangat kaku
Tidak semua persalinan anak pertama dibarengi dengan perineum yang kaku. Tetapi bila perineum sangat kaku dan proses persalinan berlangsung lama dan sulit maka perlu dilakukan episiotomi.

c.       Perineum pendek
Jarak perineum yang sempit boleh menjadi pertimbangan untuk dilakukan episiotomi, Apalagi jika diperkirakan bayinya besar. Hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera pada anus akibat robekan yang melebar ke bawah.
d.      Persalinan dengan alat bantu atau sungsang
Episiotomi boleh dilakukan jika persalinan menggunakan alat bantu seperti forcep dan vakum. Hal ini bertujuan untuk membantu mempermudah melakukan tindakan. Jalan lahir semakin lebar sehingga memperkecil resiko terjadinya cideraakibat penggunaan alat bantu tersebut. Begitu pula pada persalinan sungsang.
3.      Kala III
Waktu pelepasan dan pengeluaran ari.
4.      Kala IV
Mulai dari lahirnya uri sampai 1-2 jam.
Salah satu tahapan dalam proses persalinan yang sangan penting adalah pada kala II persalinan. Dimana kala II persalinan ini dimulai pada saat pembukaan lengkap (pembukaan lengkap=10cm) sampai dengan lahirnya janin. Pada kala II persalinan ini sering terjadi perlakuan – perlakuan yang terkadang dinilai tidak perlu bahkan membahayakan bagi ibu. Oleh karena itu beberapa peneliti mulai melakukan peneitian pada kala II persalinan yang dianggap membahayakan bagi ibu berdasarkan evidence based.
D.    Contoh EBM pada asuhan persalinan
           Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan ,eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.
Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:
a)            Keluarga Berencana 
Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan.
b)            Asuhan Antenatal Terfokus 
Memantau perkembangan kehamilan mengenali gejala dan tanda bahayamenyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi.
c)            Asuhan Pascakeguguran 
 Menatalaksanakan gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
d)            Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian.
e)            Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya.
Fokus asuhan persalinan  normal adalah persalinan  bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan  terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:
1.      Mencegah Perdarahan Pasca persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan dimulai pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pasca persalinan , diantaranya manipulasi minimal proses persalinan penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pasca persalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan  patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.
2.      Laserasi/episiotomy
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.
3.      Retensio plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali.
4.      Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan , menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga klien
5.      Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.
6.      Asuhan Sayang Ibu dan Bayi sebagai kebutuhan dasar persalinan
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan  akan berlangsung lebih cepat.
E. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan
1.  Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai
            martabatnya.
2.  Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum
             memulai asuhan tersebut
3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir.
5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan   ibu  beserta anggota keluarga yang lain.
7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain       selama persalinan dan kelahiran bayinya.
8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.
10. Menghargai privasi ibu.
11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan
kelahiran bayi.
12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia
menginginkannya.
13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi pengaruh yang merugikan.
14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi,
 pencukuran, dan klisma).
15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir
16.  Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.
17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).
18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan,
perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi
baru lahir pada setiap kelahiran bayi.